Kisah Abu Ubaidah dan Seorang Kakek yang Tinggal Di Gubuk Tua
Abu Ubaidah bin al-Jarrah adalah Muhajirin dari kaum Quraisy Mekkah yang termasuk paling awal untuk memeluk agama Islam. Ia ikut berhijrah ke Habasyah (saat ini Ethiopia) dan kemudian, Ia hijrah ke Madinah. Ia mengikuti setiap pertempuran dalam membela Islam. Setelah wafatnya Nabi Muhammad, Ia merupakan salah satu calon Khalifah bersama dengan Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
Setelah terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah, Dia ditunjuk untuk menjadi panglima perang memimpin pasukan Muslim untuk berperang melawan Kekaisaran Romawi. Ia meninggal disebabkan oleh wabah penyakit. Dan diimakamkan di Deir Alla, Yordania. (source :wikipedia)
Adapun kisah cerita Abu Ubaidah yang sangat menarik untuk kita ketahui, salah satunya adalah kisah Abu Ubaidah dengan seorang kakek yang hidup sebatang kara di sebuah gubuk, berikut kisahnya.
Abu Ubaidah bin Jarrah pernah menjadi gubernur di Syams. Sehingga suatu hari Ketika dia sedang memantau keadaan rakyatnya, Abu Ubaidah pernah melewati suatu hutan yang tidak ada penduduk tinggal disana, tiba-tiba Abu Ubaidah menemukan sebuah gubuk kecil di trngah hutan. Karena penasaran Abu Ubaidah pun mendekat ke sebuah gubuk itu. Dari luar gubuk Abu Ubaidah mendengar suara orang yang lagi bertahmid kepada Allah. Dia berucap Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alahamdulillah. Sehingga Abu Ubaidah menjadi penasaran maka Abu Ubaidah pun memberi salam meminta ijin supaya dibolehkan masuk ke dalam rumah.
Akhirnya Abu Ubaidah pun masuk ke dalam rumah itu. Ketika Abu Ubaidah masuk ke dalam rumah, Abu Ubaidah merasa heran karena dia melihat di dalam rumah itu. Dia melihat hanya ada seorang kakek-kakek, yang terbaring di atas tanah, tidak memakai Kasur, tidak memakai tikar, tidak memakai bantal, benar-benar terbaring di atas tanah dan bahkan rumahnya kosong tidak ada perabotan apapun.
(sumber: pixabay) |
Ketika Abu Ubaidah mendekat kepada kakek ini, ternyata Abu Ubaidah baru sadar bahwa kakek ini adalah seorang tuna netra (buta). Lalu dia melihat kaki kakek ini dalam keadaan lumpuh tidak bisa bergerak. Usianya sudah sangat tua, matanya buta, kakinya lumpuh, yang bergerak hanya bibir saja sambil mengucap Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah. Abu Ubaidah pun duduk di sisi kakek ini dan dia pun bertanya “dengan siapa kake tinggal disini?”. Kakek menjawab “saya disini tinggal dengan anak saya, tadinya saya mempunyai keluarga besar, saya punya istri, dan beberapa anak, tapi istri saya sudah meninggal , anak saya sudah meninggal, cuman tinggal satu orang. Terus kakek kenapa tidur disini, kata kakek itu, saya lumpuh dan saya tidak bisa melihat, tapi Allah Maha Baik.
Baca Juga Doa Yang Memudahkan Segala Urusan
Kemudian Abu Ubaidah bertanya “ saya dengar dari tadi kakek terus memuji Allah, dari sejak saya di luar rumah kakek terus memuji Allah. Tapi saya perhatikan sepertinya kakek ini todak memiliki kehidupan yang layak, rumahnya gubuk, di dalam rumah tidak ada apa-apa, kakek sakit-sakitan, tidak punya keluarga. Saya penasaran apa yang kakek syukuri kepada Allah sehingga kakek tidak pernah berhenti untuk bertahmid kepada Allah”. Kemudian kakek ini tersenyum, kakek ini mengatakan “wahai tuan, ada dua nikmat Allah yang diberikan kepada saya, dan itu lebih saya cintai dari dunia dan seisinya yang nikmat ini tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang Allah cintai saja dan dua nikmat ini lebih saya cintai daripada dunia dan seisinya, lebih saya cintai daripada keluarga, lebih saya cintai daripada harta,jabatan,pekerjaan karena dua nikmat ini hanya diberikan kepada orang yang Allah cintai”
Kemudian Abu Ubaidah bertanya lagi “kek, apa dua nikmat yang diberikan kepada kakek yang tidak diberikan sembarangan orang hanya diberikan kepada orang-orang yang Allah cintai”. Kakek itu menjawab “dua nikmat itu adalah (Qolbun Syakiran, Walisanan Dzakiran) nikmat hati yang selalu bersyukur dan nikmat lisan yang selalu mampu berdzikir"
(sumber ; pixabay) |
Itulah mengapa kakek ini mengatakan saya mendapatkan dua nikmat yang Allah tidak berikan kepada siapapun kecuali kepada kekasihnya, yaitu Qolbun Syakirun saya selalu bersyukur saya selalu Bahagia selalu merasa cukup dan nikmat Walisanan Dzakiran dan lisan saya dibimbing dengan hati yang selalu berdzikir dan memuji Allah SWT. Sedangkan hati yang tidak bersyukur akan membimbing lisannya untuk mengeluh, akan menyalahkan diri sendiri
Begitulah kisah dari Abu Ubaidah dengan seorang kakek yang selalu bersyukur atas semua nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Semoga dari cerita tersebut dapat membuat kita untuk selalu bersyukur atas semua pemberian nikmat yang Allah SWT berikan. Semoga dengan cerita ini juga dapat meningkatkan keimanan kita terhadap Allah SWT Aamiin.
0 Response to "Kisah Abu Ubaidah dan Seorang Kakek yang Tinggal Di Gubuk Tua"
Posting Komentar